Tampilkan postingan dengan label Poetry. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Poetry. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 Desember 2013

ANTOLOGI PUISI ARAB

Air Mata di Wajah Kesedihan Irak
(Lami'ah Abbas Amarah - Irak)

Di dada Irak, ku rebahkan kepalaku dan berlinanglah air mata
hatinya memikul duka cita yang sama seperti hatiku
ia membelai dan menenangkanku; aku pun terlelap tidur
seperti anak sungai kesedihan, yang dijalin antara
jiwa dan rintihan kami, atau bahkan kebisuan kami.
O, ratapan hati,
O, mata yang terindah.
Aku sudah pernah menyaksikan
apa yang telah mempersatukan kami?
kekejaman dari peperangan ini?
Atau nafsu karena cinta?
O, Wajah sedih dari tanah tumpah darah ku
air mata apa, cinta apa yang dapat menghapus wajah sedih itu?
O, keluargaku, sekarang hanya teror mengisi rasa lapar mereka,
dan dahaga mereka.
O, kepanikan dan kebangkitan.
Adakah jalan yang tak membawa
mereka kepada kehancuran dan neraka.
Adakah tempat perlindungan bagi mereka?
Di masa apa kami ini hidup? Masa barbarisme?
atau masa peradaban,
yang dipermalukan oleh perbuatan-perbuatannya di Amiriyyah?
Ini adalah kemurungan dari ksatria yang terkalahkan,
tangannya menjadi lumpuh tak berdaya,
dahinya memikul bagian terberat dari kehancuran
semua kesedihan menyemburat di pohon-pohon kurma,
semua lagu ratapan mengalun dari Selatan,
semua gema-gema menyuarakan rintihan
O, pohon-pohon kurma dari Samawah
berapa banyak kekejaman yang masih ada di dunia ini?
tujuh puluh ribu anak-anak, manis seperti biji
- Tidak, bahkan yang lebih manis telah jatuh,
beserta nyala daun-daunmu.
Untuk apa dosa-dosa,
o, pohon-pohon kurma Samawah?
Dulu aku seperti seekor kuda betina berkepala keras.
Aku tak tersandung.
ataukah dulu aku mudah menundukkan
kepemilikan kebanggaan pohon-pohon kurma,
dari keramahtamahan abadi tanah tumpah darahku.
Aku lebih bangga menderita kelaparan, dibandingkan membungkuk
menentang, seperti pohon kurma.
Alas! Tuntunlah, aku adalah hari untuk melupakan kebanggaanku
ketika pemanduku sendiri menyesatkanku
Lihat! kini aku menengadahkan tanganku meminta-minta para derma,
yang dibagikan oleh tangan-tangan yang sama-sama menghancurkan peradaban.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi bahasa Inggris Tears on a Sad Iraqi Face yang diterjemahkan dari versi Arab oleh Salih J. Altoma.

ENGKAULAH PENYEBABNYA
DUHAI KEKASIHKU

Cintaku…
Ketika hati berdetak karena cinta
Akal ini tergelincir dalam nafsu
Perasaan kacau, kata-kata penuh bimbang
Tatapan-tatapan kosong dalam jagad yang luas
Air mata mengalir dengan tanpa sebab
Seperti kesedihanku yang menimpaku dengan tanpa sebab
Seperti mimpi-mimpiku yang hancur dan berserak
Hingga nyala apinya padam
Tanpa sebab
Aku tak percaya ketika hati ini berdetak
Dan air mata mengalir di pipiku
Apa yang menggoncangkan jiwaku
Dan menggerakkan tulang rusukku
Ini kah denyut rasa sakit
Atau perih karena sayat luka
Dari susah payahnya hidup
Atau kah ini kegembiraan dan cinta
Di dasar lubuk hatiku angin berhembus
Dan kilat memancar
Wahai Tuhanku
Perasaan-perasaan aneh apa yang menimpaku
Mencengkeram di hati yang bercinta
Seperti bah banjir yang mencerabut akar
Menyingkirkan batu-batu besar
Dan mengalir ke muara
Tetapi, wahai cintaku…
Meski cinta yang membakar jiwa penuh dengan api
Dan meski kelenjar air mataku yang mendidih
Dan kesedihanku yang menimpaku tanpa sebab
Engkau tetap membekaskan cinta
Engkaulah penyebabnya
Engkaulah penyebabnya
Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi Arabnya.

Tentang Penyair
Shalâh ‘Abd ash-Shabûr lahir di sebuah desa yang terletak sebelah timur Delta Nil pada tahun 1931. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menegahnya di sekolah negeri Mesir. Kemudian melanjutkan ke Jurusan Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Fuad I (sekarang Universitas Kairo). Di universitas tersebut dirinya belajar kepada Syekh Amîn al-Khûlî yang kemudian mengantarkannya ke Jamâ’ah al-Amnâ’ dan kemudian ke al-Jam’iyyah al-Adabiyyah. Kedua kelompok itu memiliki pengaruh besar terhadap gerakan kreasi sastra dan kritik di Mesir. Ia adalah salah satu pioner pendobrak dalam gerakan puisi bebas Arab, sebagaimana ia juga salah satu penyair Arab minoritas yang turut berperan dalam penyusunan naskah drama.
Referensi-referensi yang memengaruhi dan mewarnai kreatifitas ash-Shabûr sangat beragam, yaitu mulai dari puisi-puisi orang pinggiran sampai puisi hikmah, pemikiran beberapa pembesar kaum sufi seperti al-Hallâj, dan Basyar al-Hâfî yang ia poleskan pada sebagian puisi dan naskah dramanya. Selain itu, belajar mengambil manfaat dari para penyair Perancis dan Jerman yang cenderung pada puisi-puisi simbolis, seperti Baudelaire, serta para penyair Inggris dengan puisi filsafatnya seperti John Don, John Keats, Eliot, dan lainnya. Ia juga tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk mempelajari warisan filsafat India ketika menjadi pembina kebudayaan pada kedutaan di India.

(Sumber: Achmad Atho’illah, Leksikon Sastrawan Arab Modern: Biografi &Karyanya, Yogyakarta: Datamedia, 2007)

PARA PEMBANGUN ZIGGURAT
(Sargon Boulus)

Mereka adalah
para pemimpi yang pertama
yang telah membubuhkan bentuk
sebuah mimpi di lempengan tanah liat:
Sebuah ruangan tempat para pendoa
yang akan menimbang
kemuliaan.

Mereka tahu:
orang asing pernah
melintas di antaranya,
dan kemudian menghilang.
Tempat teduhnya
akan ditebus
dalam wujud
sebuah ziggurat –
kapal para dewa
yang pemimpin bonekanya
kan memecah awan.

Dan mendengar:
Ini adalah bahtera waktu,
di pantainya
dari waktu ke waktu,
kita mungkin memandang sepintas
sebuah gambar seorang leluhur
berkulit putih
yang akan memberi isyarat pada kita
lintasan seribu tahun
dan menantikan kapalnya.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi bahasa Inggris The Ziggurat Builders yang diterjemahkan dari versi Arabnya oleh penyairnya sendiri.

TENTANG PENYAIR
Sargon Boulus lahir di dekat danau al-Habâniyah yang terletak di wilayah Kirkûk, Irak pada tahun 1924 dari keluarga berkebangsaan Syria. Ia adalah seorang penyair, cerpenis, dan juga penerjemah yang berdomisili di San Fransisco. Karyanya banyak dimuat pada sejumlah majalah dan surat kabar Irak dan Arab. Boulus mulai mempublikasikan karya puisi dan cerpennya pada tahun 1961 dan turut memberikan kontribusi pada majalah Syi’r yang dipelopori oleh Yûsuf al-Khâl dan Adonis di Beirut.Boulus pernah bekerja di Beirut pada divisi tarjamah. Pada tahun 1969, ia pergi ke Amerika yang kemudian menerbitkan majalah Dajlah dalam bahasa Inggris. Melalui puisinya, Boulus cukup memberikan warna dan pengaruh besar terhadap para penyair muda generasi modern saat ini. Bersama-sama dengan Fâdhil al-‘Azâwî, Muayyad ar-Râwî, Shalâh Fâ’iq, dan Jân Dammo, ia mendirikan Jamâ’ah Kirkûk.Puisi dan karya terjemahan Boulus sudah mulai muncul di sejumlah majalah dan media massa Arab. Sampai saat ini, ia telah menerbitkan 6 buah antologi puisi. Dirinya dikenal sebagai penerjemah Arab yang handal untuk pengalihan bahasa puisi-puisi Inggris dan Amerika seperti karya-karya Ezra Pound, W. H. Auden, W. S. Merwin, Shakespeare, Shelley, William Carlos Williams, Allen Ginsberg, Ted Hughes, Sylvia Plath, Robert Duncan, John Ashbury, Robert Bly, Anne Sexton, John Logan, dan juga sejumlah penyair lain seperti Rilke, Neruda, Vasko Popa, dan Ho Chi Min.

(Sumber: Achmad Atho’illah. Leksikon Sastrawan Arab Modern (Biografi & Karyanya). Yogyakarta: Datamedia bekerjasama dengan al-Mu’allaqât Centre, 2007)

MESKI MUSIM GUGUR
(Arif Khudhairi)

Di musim panas
Di dekat anak sungai
Yang mungil… yang kecil…
Kami berjalan, sementara pagi
Begitu indah bak purnama bersinar di angkasa
Mentari pun memenuhi bumi dengan cahaya
Yang memancar seindah emas
Dan ketika aku memandangmu
Aku melihat
Air mata di pelupuk matamu
Mengucur seperti hujan
Dalam keheningan

diterjemahkan oleh
Achmad Aef
(anggota the Muallaqat Forum of Jogjakarta Indonesia)


AKU BERKATA PADA MU
(Adonis)

Aku berkata padamu:
Aku telah mendengarkan laut
membacakan sajak-sajaknya untuk ku
Aku mendengarkan lonceng-lonceng
tidur nyenyak dalam kulit tiram.
Aku berkata padamu:
Aku menyenandungkan laguku
pada perkawinan setan
dan pesta dongeng.
Aku berkata padamu:
Aku memandang,
di tengah hujan sejarah
dan cahaya antara
peri dan kediaman.
Karna aku berlayar di mataku,
Aku berkata padamu, aku memandang
segalanya
dalam jarak langkah pertama.

translated
by Achmad Aef

Di antara penyair Arab modern yang menggubah puisinya dalam bentuk puisi bebas adalah Shalâh ‘Abd al-Shabûr. Ia adalah salah satu pioner pendobrak dalam gerakan puisi bebas Arab. Referensi-referensi yang mempengaruhi dan mewarnai kreatifitas al-Shabûr sangat beragam, yaitu mulai dari puisi-puisi orang pinggiran sampai puisi hikmah, pemikiran-pemikiran beberapa pembesar kaum sufi seperti al-Hallâj, dan Basyar al-Hâfî yang ia poleskan di sebagian puisi dan naskah dramanya. Selain itu ia juga tidak segan-segan mengambil pemikiran dari para penyair Perancis dan Jerman yang cenderung pada puisi-puisi simbolis, seperti Baudelaire, serta para penyair Inggris dengan puisi filsafatnya seperti John Don, John Keats, Eliot, dsb Selain itu ia juga pernah mempelajari warisan filsafat India. Selama masa hidupnya al-Shabûr sudah menghasilkan antologi puisi sebanyak 16 antologi.


SINBAD


Dalam remang senja, bantal itu berselimutkan dedaunan
Seperti wajah bangkai tikus berkafan mantra
Dan kening itu berpeluh keringat
Sementara halimun merengkuh octopus
Di remang senja Sinbad kembali
Tuk melabuhkan kapalnya
Di pagi buta para peminum membaur di kedai minum
Untuk mendengarkan hikayat pengembaraan di samudra lepas
Sinbad:
Jangan pernah kau bercerita kepada mereka tentang aral rintangan
Jika kau katakan kepada mereka yang sadar: aku ini mabuk
Maka ia pasti akan berkata: Bagaimana ini?
Sinbad laksana badai, jika ia diam ia mati.
Para peminum:
Sinbad, ini tidak mungkin bagi kami untuk menjelajahi negeri ini
Sementara kami di sini berbaring bersama para wanita
Menanam pohon-pohon anggur
Memeras arak untuk musim dingin
Dan membaca buku di pagi dan senja hari
Ketika kami kembali dengan membawa musuh di kedai minum
Kamu akan bercerita kepada kami hikayat pengembaraan di samudra lepas.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari judul aslinya as-Sinbad

LUKISAN BENDA MATI
(Sa’di Yusuf)

Tanaman rumah itu
melentur di bawah padatnya udara
Di atas meja
Di antara asbak yang muntah dan sekantong tembakau
terserak lembaran-lembaran rekening gas dan listrik,
Kapal itu berlayar di dinding
Burung itu mematuk-matuk kepala sang biduan
(Sebuah cover CD)
Aku menggelisahkan ruangku,
yang kini menjadi sempit.
Kapal itu menghilang
Malam duduk di sudut itu
diselimuti udara yang begitu tebal.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi bahasa Inggris Still Life yang diterjemahkan dari versi Arabnya oleh penyairnya sendiri.


Minggu, 08 Desember 2013

SAJAK TAK LAGI SAMA

TAK LAGI SAMA
Terkadang terlihat lagi tatapan itu
Namun Tak seperti yang dulu
Sekarang lebih mengguratkan kebencian

Terkadang terdengar lagi suara itu
Namun tetap Tak seperti yang dulu
Sekarang tak ada lagi kata manja

Langkah itu juga tak selincah dulu
Senyum itu tak semempesona dulu
Apakah karena waktu? Entahlah aku juga tak tau
Atau cinta itu tak ada lagi dihatiku, aku semakin tak tau

Namun yang pasti Semua telah tak sama
Yang dulu indah-pun tiada lagi
Hanya Satu yang mungkin pasti,dan aku Yakini
Aku ingin engkau tau..
Kamu pernah ada, disini!

Sabtu, 07 Desember 2013

KETIKA AKU TAK LAGI INDAH DI MATAMU

KETIKA AKU TAK LAGI INDAH DI MATAMU

Aku memang tak sempurna di matamu
Aku-pun telah tak indah lagi dalam pandanganmu 
Kusadai kekuranganku

Dan mungkin aku juga bukan yang terindah

untuk dapat berdiri disampingmu…



Hati ini sudah sangat lelah,

dalam pengembaraan ku mencari cinta

dan hanya sosok seperti dirimu

yang bisa mengerti dan memahamiku (Awalnya)
kau selalu ada disetiap hembusan nafasku (Tidak pada akhinya)

Aku tak mengerti apa mau-mu
Segalanya telah kuberikan padamu
Namun kini hanya bayanganmu senantiasa mengusik alam fikirku

Usai sudah misimu dan misiku untuk bersatu

Karena kau telah berbeda



Aku pastikan tidak akan ada Air mata


Tidak akan ada penyesalan

yang mengiringi langkahmu pergi meninggalkanku



jika engkau telah temukan sosok yang baru

mungkin memang dia lebih pantas bagimu,bukan aku
kini aku ikhlaskan engkau pergi dan berlalu
Aku maafkan segala khilafmu

Walaupun tak akan pernah aku lupakan perlakuanmu


Selamat berbahagia sosok yang tak seindah dulu..

SAJAK AKU MENCINTAIMU

AKU MENCINTAIMU "DENGAN"

Aku mencintaimu dengan kuat,
sekuat guntur yang membahana,
sekuat api yang membara

Aku mencintaimu dengan tenang,
setenang angin yang berhembus lirih,
setenang lautan yang berbuih

Aku mencintaimu dengan perih,
seperih sayatan luka di tubuh,
seperih goresan hati yang rapuh

Aku mencintaimu dengan sedih
sesedih air mata yang menetes malang
sesedih harapan yang perlahan usang

Tapi yang pasti,
Aku mencintaimu dengan bahagia
sebahagia cinta dengan kasihnya,
sebahagia kasih dengan sayangnya..

Rabu, 02 Oktober 2013

Tentang kamu


Semua itu seperti ku mengenal dirimu
tiba-tiba dan terperangkap
tapi bukan sesuatu yang kusesali
melainkan ku ingini
Takut adalah rasa yang pertama hinggap
takut ini hanya sesaat
takut kau kecewa
juga takut kau tak seserius itu
Tapi kini aku tak perlu takut
karena kau tlah meyakiniku
untuk menjalani semua bersama
menghadapi ketakutanku
Walau kini ku berbeda,
aku tetaplah aku
takkan berubah menjadi dia ataupun mereka
karena ku bangga menjadi diriku
yang tak sama dengan siapapun..

Senin, 20 Juni 2011

Bukan aku

Berharap menjadi Air
namun aku tidak bisa mengalir
aku ingin menjadi gunung
namun aku tidak terjal
Bermimpi seperti api
namun jiwa ini terlalu rapuh
inginku seperti angin
namun aku tetap di sini
mengharapmu..
harus menjelma aku..

Minggu, 29 Agustus 2010

SAJAK-SAJAK TERJEMAHAN DARI KOREA

Selamat siang para pembaca yang setia, kembali lagi dengan tulisan saya. Kali ini penulis akan meneruskan tulisan yang beberapa hari penulis berikan, yaitu mengenai sajak-sajak terjemahan dari dunia-dunia bagian timur. Tempo hari penulis telah memberikan sajak-sajak terjemahan dari Jepang, dan untuk saat ini penulis akan memberikan sajak-sajak terjemahan dari Korea. Sedikit perlu diketahui, sajak-sajak terjemahan yang akan penulis berikan kali ini (dari Korea) masih dalam satu kumpulan buku dengan sajak-sajak dari Jepang yang beberapa hari kemarin telah penulis berikan. Baiklah selamat membaca sajak-sajak sepi timur jauh tersebut!.

Sin Sungju
                  Sijo Modern
MENANTI       

Seseorang mengetuk pintu
        ???????????
Kudengar kembali ????
Kubuka pintu.......
Siapa di sana.....? Pintu terbuka.....
Oh, cuma hujan, kiranya cuma hujan

Yi Kwangsu
                     Sijo Modern

Kau berjalan di pasir di tepi
                                    laut
meninggalkan jejak langkahmu
                                    di belakang
Aku memijak dan kembali
                                    memijaknya
hingga senja tiba
Tapi air pasang malam ini
  akan menyapunya lagi
akhirnya musnah kembali

Pak Mogwol (Pak Yong-Jong)

KEMBANG PERSIK HUTAN

Bukit Kugang-san
Bukit berbatu ungu

Kuntum-kuntum persik hutan
Melayang satu-satu

Menyusur kali
Hijau kemilau
Mengalir bersama lelehan salju
                            musim semi                     

Seekor rusa betina
Turun ke bawah
Mencuci kakinya

Catatan: "Sajak-sajak ini  masih dalam satu buku dengan sajak-sajak Jepang terjemahan yang tempo hari penulis berikan".

Rabu, 25 Agustus 2010

TERJEMAHAN SAJAK-SAJAK JEPANG


Kepada para pembaca yang budiman, pada kesempatan kali ini penulis akan memberikan terjemahan beberapa sajak milik penyair-penyair Jepang. Buku terjemahan beberapa sajak tersebut penulis dapatkan sekitar satu tahun yang lalu di tempat penjualan-penjualan buku bekas langganan penulis, dengan tak disengaja tentunya. Penulis di sini bermaksud mengenalkan kepada para pembaca beberapa sajak milik penyair-penyair Jepang, mungkin para pembaca akan merasa tertarik dengan sajak-sajak terjemahan yang akan penulis berikan. Sekedar memberi sedikit pemberitahuan saja, sajak-sajak terjemahan milik penyair-penyair Jepang yang akan penulis berikan ini semuanya adalah sajak-sajak sepi, sajak-sajak pinggiran yang senyap dari keadaan dunia manusia lain. Selamat menikmati!.

Nakamura Kusatao

(HAIKU MODERN)
 
Irama langkah serdadu 
mendekat
Dalam angin musim semi

Di tengah alam
nan menghijau
Bayiku tumbuh gigi

Langit yang biru
tempat lahirnya dunia
dari istriku
aku peroleh sebuah apel

Kato Shuson

(HAIKU MODERN)

Dalam temaram cahaya
Kulihat setangkai peoni
Pecah berguguran

Badai salju yang dingin
Daun pintu pecah bergetar
Gemertak dalam angin

Burung-burung camar dalam salju
Hidup tanpa rumah
Mati tanpa kuburan

Tanikawa Shuntaro

MUSIM SEMI

di rimbun kembang ceri
awan memutih
di gugus awan
langit yang dalam

di rimbun kembang ceri
di gugus awan
di langit sana
kusanggup memanjat di sana

suatu saat di musim semi
tuhan dan aku
bercakap bisu

Takagi Kyozo

AWAL MUSIM SEMI DI TAMAN GAPPO

Taman ini terhampar di tepi laut
Kulihat hanya pohon-pohon cemara
                                            yang tumbuh
Betapa sepinya
Di sini tiada dara bercengkrama

Ketika kucapai pesisir
Kurasa angin timur
  berembus mendesir
Aroma lemonade memikat lidahku

Temanku duduk di bangku tua
Memberiku kisah-kisah asmara
Namun kata-katanya
Lenyap direnggut angin

Dikutip dari buku SAJAK-SAJAK TIMUR JAUH DALAM TERJEMAHAN karya Nyoman Tusthi Eddy. Diterbitkan oleh penerbit NUSA INDAH Jl. Katedral, 5 Ende-Flores. Cetakan pertama pertama tahun 1985.